Skip to main content

LIAISON OFFICER, SALAH SATU WAJAH BI DI MATA INTERNASIONAL

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Ridwan (KPw Kaltim) masih mondar mandir di executive lounge Bandara Ngurah Rai dengan berpakaian batik lengan panjang terbaik yang dia miliki. Motifnya madura. Ridwan sengaja menyiapkannya khusus untuk kesempatan langka ini, menyambut kedatangan Gubernur Reserve Bank of India, Raghuram Rajan, di Bali untuk menghadiri pertemuan Gubernur Bank Sentral Asia Pasifik (EMEAP Governors Meeting) pada Juli 2016 lalu. Ridwan bertugas sebagai LO yang akan ‘menempel’ Raghuram Rajan selama rangkaian acara ini.
Raghu ditemani oleh Ridwan

Bagi Ridwan ini adalah momen spesial. Sebelumnya Ridwan tidak mengetahui siapa Raghuram Rajan, sampai dia melihat fim Inside Job (2010). Sebuah film dokumenter tentang krisis finansial global tahun 2008 ini telah memperkenalkannya pada Raghu.  

Raghu, begitulah dia disapa di forum-forum internasional, adalah sosok yang sangat disegani. Nama Raghu tersohor baik sebagai mantan ekonom utama di IMF, Profesor di University of Chicago, maupun sebagai Gubernur Bank Sentral India. 

Lain halnya dengan Dadan (DInt). Entah berapa kali dia sudah bolak balik dari Gedung VIP lounge Bandara Ngurah Rai ke Hotel Sofitel Nusa Dua, tempat dilangsungkannya EMEAP Governors Meeting tersebut. Di genggaman tangannya, ponsel tidak berhenti berdering. Maklum, Dadan adalah koordinator LO di acara tersebut. 

“...Pak, kira-kira ada berapa mobil lagi ya yang sisa di Hotel?”, tanyanya pada Nyoman, supir yang sedang membawanya dengan Alphard dari Ngurah Rai ke Sofitel. “...Kayaknya masih ada dua, Pak Dadan... tapi yang satu udah di-booking buat jemput satu jam lagi...” jawab Nyoman. Dadan memang tidak bertugas untuk menjemput tamu. Namun di balik layar, tugas Dadan bisa jadi lebih berat dari sekadar menjemput tamu. 

Sebagai koordinator LO, Dadan harus memastikan seluruh tamu Gubernur Bank Sentral yang diundang, disambut dengan baik oleh petugas LO dan diantar sampai ke hotel tempat menginap. Di saku Dadan terselip kertas terlipat berisi informasi jadwal Departure dan Arrival penerbangan internasional di bandara Ngurah Rai, daftar lima belas nomor plat mobil Alphard berikut nama supir-supirnya, dan daftar nama-nama tamu undangan para Gubernur Bank Sentral berikut nama-nama petugas LO dan nomor HP-nya. Mungkin bagi Dadan saat itu, selembar kertas tersebut lebih berharga dari uang yang ada di dompetnya. 

Liaison Officer atau sering disingkat menjadi LO adalah sebuah peran dalam suatu perhelatan yang berfungsi sebagai penghubung (to liaise) antara undangan dan host. Keberadaan LO bertujuan untuk memastikan kelancaran komunikasi maupun koordinasi dengan tamu undangan. LO diharuskan dapat menciptakan suasana komunikasi yang nyaman, karena dengan itu dapat tercipta ‘mood’ yang baik dari tamu undangan dan mendukung kesuksesan penyelenggaraan acara. Kebutuhan LO sering kali muncul ketika BI bertindak selaku host atas pertemuan tingkat tinggi yang melibatkan Gubernur maupun Deputi Gubernur Bank Sentral lain. Biasanya LO dipilih dari pegawai-pegawai junior, walaupun ada beberapa LO yang juga berasal dari pegawai senior. Mengapa? Karena dengan menjadi LO, pegawai membantu tamu yang didampingi dari hari ke hari.

Bagi LO yang menempel, pendampingan tidak hanya dilakukan saat perhelatan berlangsung, tamu juga termasuk kegiatan agenda pribadi tamu selama kunjungan. Fungsi LO sepertinya terlihat remeh, namun perannya justru sangat berpengaruh terhadap kesuksesan acara yang digelar. LO dituntut menguasai ‘medan perang’ dalam penyelenggaraan suatu event. Tamu akan sangat mengandalkan LO ketika memerlukan sesuatu. Penguasaan komunikasi bahasa Inggris yang layak merupakan kunci bagi LO sebagai penyambung lidah. Nilai tambah bagi Tommy (DInt) sebagai LO adalah kemampuannya berbahasa mandarin ketika ditugaskan menjadi LO bagi tamu dari People’s Bank of China. 

Terkadang berat/ringannya pelaksanaan tugas LO juga soal nasib. Ada tamu yang justru lebih suka untuk tidak terlalu ‘ditempel’ oleh LO. William C. Dudley (Presiden Federal Reserve Bank of New York) dan Nobuchika Mori (Chairman Japan Financial Service Agency) adalah beberapa tamu yang lebih suka beraktivitas sendiri tanpa didampingi LO. Akan tetapi, LO yang ditugaskan tidak lantas dapat bersantai-santai. Karena jika terjadi sesuatu dengan tamu tersebut, misalnya tamu salah membaca jadwal, LO-lah yang akan pertama kali dicecar. 

Sebaliknya, Ridwan yang bertugas mendampingi Raghu harus bekerja lebih keras dari rekan-rekan LO yang lain, karena Raghu ternyata hadir di Indonesia bersama keluarganya. Selain hadir dalam acara pertemuan, Raghu juga sekaligus berlibur. Ridwan tidak hanya harus mendampingi Raghu, namun juga harus memastikan kenyamanan keluarga Raghu selama berada di Bali. Meskipun demikian, Ridwan senang melakukannya. Satu pengalaman yang tidak akan dilupakan Ridwan adalah ketika menemani Raghu dan keluarganya mencari dua buah meja kayu dari akar pohon di Ubud, dan berpakansi di kebun binatang Bali. 

Menjadi seorang LO dapat memberikan kesempatan dan pengalaman untuk berinteraksi langsung dengan tamu internasional yang berpengaruh. Sebagai LO yang bertugas mendampingi William C. Dudley, Dani (DAI) berkesempatan mengobrol dengannya, dan melihat sisi humanis dari seorang Presiden Federal Reserve Bank. Sebuah kesempatan yang mungkin tidak akan terulang kembali. Dani bahkan secara khusus diapresiasi oleh Bapak Gubernur Agus D.W. Martowardojo, karena interaksi yang baik dengan William C. Dudley. 

Terkadang dalam keseharian di luar event, tamu sering kali terlibat pembicaraan hangat dengan LO. Mereka tidak hanya bertanya tentang hal terkait penyelenggaraan event saja. Obrolan ringan mengenai macetnya Jakarta, hingga perkembangan integrasi keuangan di ASEAN dapat juga menjadi objek pembicaraan. Oleh karena itu, selain komunikatif, LO juga harus banyak membaca dan meng-upgrade pengetahuannya untuk dapat mengimbangi obrolan yang mungkin terjadi. Saat-saat seperti ini LO juga dapat menyelipkan pesan sponsor mengenai transformasi yang BI lakukan untuk menjadi bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional. 
Dani (DAI), Bpk. Erwin Haryono (Kepala KPwLN New York)
dan Bill Dudley serta delegasi The Fed

Dalam rangka penyelenggaraan Sidang Tahunan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank di Nusa Dua, Bali bulan Oktober 2018, kesiapan BI yang prima sangat diharapkan. Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari 189 negara akan hadir dalam saat yang bersamaan, berikut tamu-tamu penting lainnya. Sebanyak 13.000 kamar sudah dipersiapkan bagi tamu undangan di acara tersebut dan sekali lagi, peran LO akan menjadi sentral dalam event yang akan bertajuk “Let’s bring the world to Indonesia”

Wujud transformasi BI yang professional dan service excellent menjadi faktor yang dikedepankan. Pegawai BI tidak lagi dituntut untuk hanya berkompeten pada substansi bidang tugas yang diemban, namun juga harus komunikatif, sehingga dapat berperan menjadi duta bagi BI maupun Indonesia dalam berbagai forum. Dalam hal ini menjadi LO tidak hanya menjalankan tugas ‘to liaise’ namun juga ‘to communicate’ dan ‘to represent’ Bank Indonesia sesuai dengan nilai-nilai strategis yang diemban.

Comments

Popular posts from this blog

Mutlak! Diversifikasi Pembangkit

Baru saja saya baca artikel di Media Indonesia mengenai pemberian stimulus fiskal bagi pembangkit tenaga listrik di Indonesia. Beberapa quote dari Bapak Fabby Tumiwa juga pernah saya dengar langsung dari beliaunya. Pembangunan pembangkit non-BBM akan membantu PLN mengantisipasi lonjakan harga minyak dunia yang tidak terduga. Karena ada estimasi pada 2012, harga minyak akan melonjak ke angka USD120 per barel Pernyataan Fabby tersebut cukup logis. Mengapa? Saya bersama teman-teman pernah membuat sebuah kajian mengenai ketenagalistrikan di Indonesia. Fakta yang saya temui cukup mencengangkan. Dengan kondisi harga minyak pada tahun 2008 sempat mencapai USD147 per barel, tarif listrik di Indonesia masih menggunakan TDL 2003. Karuan saja PLN rugi terus karena komposisi input bahan bakar bagi pembangkit di Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil (>75% sumber energi pembangkit listrik menggunakan minyak dan batubara). Padahal semakin mahal harga minyak dunia maka komposisi biaya ...

Lessons Learned from APEC Training Program

Few days ago, APEC in coorporation with Japan Fair Trade Commission (JFTC) and Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) helds APEC Training on Competition Policy. This event took place in Sanur Paradise Hotel & Resort, Bali and attended by representatives of several competition policy agency from Rusia, Japan, Mexico, Chile, Peru, Taiwan, Singapore, China, Vietnam, Thailand, Malaysia, and Chinese Taipei. Here are discussion pointer: there are two kind of definition regarding industrial policy which are narrow and broad definition. the narrow definition of industrial policy is policy to promote the economic interests of a particular domestic industry or firm, SOE or private, by providing protection from competition, preferential access to factors of production or to a market for its product or services. otherwise, the broad definition is all the previous policies but to include wider social or infrastructure investment to promote economic development and the welfare of a firm or indu...