Skip to main content

DIPLOMASI TENUN, KOPI, DAN TARIAN

Hari itu pastinya akan selalu dikenang oleh bu Dayu. Bagaimana tidak? Ini adalah kali pertamanya bu Dayu naik pesawat. 

Pesawat ini membawanya ke Jakarta. Di sana Bu Dayu diantar menuju ke sebuah hotel bintang lima di bilangan Senayan. Bu Dayu akan menunjukkan kebolehannya dalam mengolah mesin cag cag dan memintal seutas demi seutas benang menjadi sebuah kain yang indah. Dan keahliannya ini akan disaksikan langsung oleh Madame Lagarde, pimpinan tertinggi lembaga bergengsi dunia bernama International Monetary Fund (IMF).

Bu Dayu bukanlah seorang pakar fashion ataupun desainer kain. Dia adalah seorang wanita paruh baya yang sebelumnya bahkan tidak memiliki pekerjaan tetap. Di desanya, di Kabupaten Jembrana, Bali, tidak banyak lapangan pekerjaan yang hal yang dapat dilakukannya untuk mendapatkan uang untuk membuat dapurnya tetap mengepul. 

Sampai pada tahun 2015, bu Dayu bergabung dalam sebuah kelompok tenun lokal yang tengah dibina Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali. Secara tekun Bu Dayu mengikuti berbagai sesi pembinaan sehingga lambat laun keahliannya terbentuk. Pada awalnya, menenun bukanlah keahliannya. Ketekunannyalah yang membawanya menjadi seorang pengrajin kain tenun songket warisan budaya kerajaan Jembrana yang disegani di kelompoknya.

Hingga pada awal tahun 2018 kelompok tenun tersebut berhasil dipilih menjadi salah satu UMKM binaan Bank Indonesia yang dapat tampil dalam side event konferensi internasional yang diselenggarakan oleh IMF, dan bu Dayu terpilih untuk menampilkan proses pembuatan salah satu produk tenun songket kebanggaan masyarakat Jembrana itu.
Madame Lagarde menyaksikan kebolehan bu Dayu

Dari sini dunia mulai mengenal, bahwa apa yang dimiliki oleh Bali itu tidak hanya soal pantai, alamnya yang indah, deretan beach club di Seminyak, atau bahkan kehidupan malamnya. Warisan budaya berupa hasil kerajinan tangan juga dapat menjadi perhatian tokoh-tokoh penting dunia.

Lain halnya dengan Komang Sukarsana. Pemuda yang akan segera genap berusia 33 tahun dari Desa Songan ini merupakan generasi ke tiga petani kopi di daerahnya. Komang merupakan Ketua kelompok petani kopi arabika di Kintamani dan sekaligus kelompok petani bawang di sebuah desa di kaldera Gunung Batur di Bangli. 

Baginya, kopi tidak hanya soal rasa. Ada banyak cerita yang terdapat dalam secangkir kopi. Cerita ini yang kemudian dapat mengangkat pamor petani-petani kopi di seluruh Indonesia melalui berbagai karya karya populer seperti novel maupun film. Karya-karya populer inilah yang menginspirasi menjamurnya warung-warung kopi speciality yang kini sangat digemari.

Meskipun kopi kintamani hasil panenannya telah menembus pasar-pasar internasional, bahkan menjadi salah satu icon dalam penyelenggaraan IMF Spring Meeting pada bulan April 2018 lalu, Komang masih memiliki cita-cita yang ingin diwujudkan. Menjadikan kopi kintamani menjadi juara di rumah sendiri. Menurutnya agak ironis banyak hotel-hotel bintang lima di Bali yang masih memakai kopi dari luar Bali. Padahal kopi kintamani memiliki banyak keunggulan dari sisi cita rasa. 

Kopi kintamani bahkan merupakan jenis kopi pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi indikasi geografis. Komang juga berharap pada perhelatan Pertemuan Tahunan IMF World Bank, kopi kintamani akan menjadi tuan rumah yang siap memberikan cita rasa spesial bagi tamu-tamu delegasi yang akan hadir, sebagai salah satu bentuk diplomasi kuliner.
stand kopi diserbu delegasi Spring Meeting (sumber: Kontan)

Cerita unik juga datang dari Putu Ani. Dia adalah staf di Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali yang berkesempatan menjadi salah satu dari empat personil yang membawakan tarian tradisional di perhelatan IMF Spring Meeting bulan April 2018 lalu. Sebelum terpilih, Ani sama sekali tidak terbayang akan menampilkan ‘merak angelo’ dan ‘kembang girang’ di sebuah perhelatan akbar Spring Meeting yang digelar di IMF Headquarter di Washington DC. Lebih spesial lagi, di depan Madame Lagarde. 

Terpilihnya Ani sebagai salah satu penari penampil merupakan salah satu dari bentuk upaya diplomasi budaya Indonesia untuk lebih memperkenalkan Bali kepada dunia internasional. Ya, meskipun sebenarnya juga sudah terkenal, tapi Ani juga di sana sekaligus menjadi narasumber yang dapat menjawab berbagai pertanyaan masyarakat internasional tentang Bali, termasuk seputar kondisi Gunung Agung, isu terorisme, hingga rekomendasi tempat-tempat wisata Bali yang menarik dikunjungi.
Anik melenggak lenggok sebagai agen diplomat budaya

Pariwisata merupakan jantung perekonomian di Provinsi Bali salah satunya dicerminkan oleh kinerja di sektor akomodasi dan makan minum, yang pada tahun 2017 menyumbang share sebesar 23,33% dan sektor pertanian sebesar 14,35% (Data BPS). Sektor ini bahkan telah menyerap tenaga kerja sebanyak lebih dari 760.000 orang yang terserap berkiprah di sektor akomodasi, hotel, dan restoran. 
Penyelenggaraan Annual Meeting IMF dan World Bank ini diperkirakan akan mendorong pesatnya pertumbuhan ekonomi Bali pada tahun 2018. Sektor yang diperkirakan akan menikmati imbas penyelenggaraan ini tentunya pada sektor infrastruktur, hotel dan restoran, dan pertanian (mengingat dekatnya sektor pariwisata dan pertanian di Bali). 

Dampak tersebut diharapkan akan semakin menggairahkan sektor-sektor UMKM yang selama ini menjadi bagian dari ekonomi Bali, khususnya di sektor pariwisata. Kentalnya unsur budaya dalam kehidupan sehari-hari juga menjadikannya sebagai salah satu aspek yang memperkaya sektor pariwisata.

Budaya dan kuliner bahkan kini telah menjadi alat diplomasi yang efektif dalam mempererat maupun memperkeruh hubungan antarbangsa. Dalam beberapa kasus diplomasi budaya justru menjadi kunci dalam menyelesaikan berbagai perselisihan yang acapkali buntu saat diupayakan lewat jalur perundingan biasa. Kita masih ingat betapa mudahnya masyarakat terprovokasi akibat negeri jiran mengklaim warisan budaya tertentu adalah sebagai warisan budayanya.

Dalam masyarakat yang semakin modern, penggunaan diplomasi perang sudah sangat kuno. Kini hampir semua negara berlomba-lomba menyebarluaskan pengaruh melalui budaya. Kesuksesan K-Pop misalnya, telah membuat banyak generasi muda kira terhipnotis. K-Pop bahkan juga acapkali menampilkan sisi-sisi lugas dan spontan yang sangat mudah diserap generasi masa kini. Unsur budaya K-Pop yang beragam fiturnya pun memanjakan indera dengan menawarkan berbagai hiburan seperti musik, drama, fashion, dan dance yang bahkan balita pun menggemarinya. Fenomena ini selanjutnya memberikan trickle down effect bagi perekonomian melalui industri-industri terkait.

Misi budaya yang semacam ini pula yang ingin disuarakan melalui diplomasi budaya dalam rangka penyelenggaraan Annual Meeting IMF dan World Bank tahun 2018. Bukan tidak mungkin, semakin banyak bu Dayu, Komang, dan Ani lainnya yang akan semakin bersinar saat perhelatan akbar IMF-World Bank Annual Meeting tahun 2018 yang akan dilaksanakan di Nusa Dua. Harapannya tentu ekonomi Bali yang semakin melesat dan dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

Let’s embrace the world!! 
Astungkara!!

Comments

Popular posts from this blog

Mutlak! Diversifikasi Pembangkit

Baru saja saya baca artikel di Media Indonesia mengenai pemberian stimulus fiskal bagi pembangkit tenaga listrik di Indonesia. Beberapa quote dari Bapak Fabby Tumiwa juga pernah saya dengar langsung dari beliaunya. Pembangunan pembangkit non-BBM akan membantu PLN mengantisipasi lonjakan harga minyak dunia yang tidak terduga. Karena ada estimasi pada 2012, harga minyak akan melonjak ke angka USD120 per barel Pernyataan Fabby tersebut cukup logis. Mengapa? Saya bersama teman-teman pernah membuat sebuah kajian mengenai ketenagalistrikan di Indonesia. Fakta yang saya temui cukup mencengangkan. Dengan kondisi harga minyak pada tahun 2008 sempat mencapai USD147 per barel, tarif listrik di Indonesia masih menggunakan TDL 2003. Karuan saja PLN rugi terus karena komposisi input bahan bakar bagi pembangkit di Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil (>75% sumber energi pembangkit listrik menggunakan minyak dan batubara). Padahal semakin mahal harga minyak dunia maka komposisi biaya ...

Lessons Learned from APEC Training Program

Few days ago, APEC in coorporation with Japan Fair Trade Commission (JFTC) and Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) helds APEC Training on Competition Policy. This event took place in Sanur Paradise Hotel & Resort, Bali and attended by representatives of several competition policy agency from Rusia, Japan, Mexico, Chile, Peru, Taiwan, Singapore, China, Vietnam, Thailand, Malaysia, and Chinese Taipei. Here are discussion pointer: there are two kind of definition regarding industrial policy which are narrow and broad definition. the narrow definition of industrial policy is policy to promote the economic interests of a particular domestic industry or firm, SOE or private, by providing protection from competition, preferential access to factors of production or to a market for its product or services. otherwise, the broad definition is all the previous policies but to include wider social or infrastructure investment to promote economic development and the welfare of a firm or indu...

LIAISON OFFICER, SALAH SATU WAJAH BI DI MATA INTERNASIONAL

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Ridwan (KPw Kaltim) masih mondar mandir di executive lounge Bandara Ngurah Rai dengan berpakaian batik lengan panjang terbaik yang dia miliki. Motifnya madura. Ridwan sengaja menyiapkannya khusus untuk kesempatan langka ini, menyambut kedatangan Gubernur Reserve Bank of India, Raghuram Rajan, di Bali untuk menghadiri pertemuan Gubernur Bank Sentral Asia Pasifik ( EMEAP Governors Meeting) pada Juli 2016 lalu. Ridwan bertugas sebagai LO yang akan ‘menempel’ Raghuram Rajan selama rangkaian acara ini. Raghu ditemani oleh Ridwan Bagi Ridwan ini adalah momen spesial. Sebelumnya Ridwan tidak mengetahui siapa Raghuram Rajan, sampai dia melihat fim Inside Job (2010). Sebuah film dokumenter tentang krisis finansial global tahun 2008 ini telah memperkenalkannya pada Raghu.   Raghu, begitulah dia disapa di forum-forum internasional, adalah sosok yang sangat disegani. Nama Raghu tersohor baik sebagai mantan ekonom utama di IMF, Profesor di Universi...