Skip to main content

Indonesia Economic Outlook 2009

Di tengah badai krisis finansial dunia belakangan ini, masyarakat ekonomi dunia akan kembali merenung tentang apa yang telah kita semua perbuat sehingga akibatnya seperti apa yang saat ini dirasakan. Saat ini ekonomi dunia telah mencari keseimbangan baru dengan mencari koreksi atas kebebasan pasar yang selama beberapa dekade ini diagung-agungkan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin melambat, pergerakan harga energi yang semakin mahal dan berbagai fenomena lain yang mengawalinya.

Koreksi atas perekonomian dunia pada tahun 2008 ditandai dengan krisis keuangan yang dimulai dari negara lokomotif perekonomian dunia yaitu AS. Krisis mortgage di AS diperparah oleh kondisi fundamental ekonomi AS yang mengalami defisit di berbagai lini seperti neraca perdagangan, anggaran, dan konsumsi. Depresiasi mata uang mewabah, cadangan devisa terkuras, IHSG jatuh, ditambah lagi dengan tingkat suku bunga dan inflasi yang semakin tinggi telah menyebabkan perekonomian Indonesia sedikit banyak juga terkena imbas dari krisis tersebut. Di sisi lain, sektor riil juga masih belum dapat dijadikan sandaran bagi perekonomian Indonesia untuk menahan goncangan krisis karena komponen permintaan dari luar negeri telah menyebabkan sektor riil yang berbasis ekspor menjadi rentan terutama akibat dari penurunan permintaan akibat mata uang asing mereka yang jatuh. Selain itu masih belum tingginya kontribusi sektor manufaktur terhadap ekonomi Indonesia (hanya sekitar 26%) juga menyebabkan sektor ini masih belum dapat dijadikan sebagai pegangan di saat krisis. Bahkan belakangan sektor ini yang diharapkan menjadi aspirin justru menjadi racun karena dampak virus krisis telah menyebabkan PHK di berbagai bidang. Ini merupakan fenomena imbas dari ketergantungan ekonomi Indonesia yang terlalu tinggi terhadap ekonomi dunia.

Bagaimana dengan 2009, akankah ekonomi Indonesia menuju ke arah yang lebih cerah? Mari kita lihat bersama-sama. Menurut data dari Economist Intellegence Unit tahun 2007 Indonesia menempati peringkat ke 36 di seluruh dunia dilihat dari besarnya FDI yang tertanam di negaranya dengan nilai yang mencapai USD6,6 miliar. Sedangkan dari total score kondusifnya iklim bisnis, Indonesia berada di peringkat 61 (jauh berbeda dengan Singapura yang berada di peringkat 3 dunia). Dari sisi risk of doing business, Indonesia masih memperoleh nilai C dari skala A (terbaik) s/d E (terburuk). Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 menurut RPJM berada pada tingkat 7,6 namun beberapa proyeksi yang dikeluarkan oleh IMF, Worldbank, dan ADB menunjukkan angka di bawah itu. Beberapa asumsi yang dipakai dalam nota keuangan 2009 pun masih belum menunjukkan optimisme pemerintah, seperti pertumbuhan ekonomi 6,2%; GDP nominal Rp5.295 triliun, dan per capita GDP sebesar USD2.512. Indikator inflasi 2009 dalam nota keuangan diasumsikan sebesar 6,5% dengan nilai tukar Rp9100/USD. Rata-rata SBI juga dipatok pada angka 8,5% dan harga minyak sebesar USD100/barel dengan lifting minyak sebesar 0,950 juta barel per hari. Ekonom Faisal Basri juga telah melakukan proyeksi dengan hi scenario sebesar 6,1% dan low scenario sebesar 5.9%. Dari beberapa indikator dan hasil proyeksi tersebut saya pribadi melihat perekonomian Indonesia tahun 2009 masih belum terlalu berbeda dengan kondisi di 2008 pasca krisis finansial.

Era otonomi daerah telah memberikan sedikit banyak perubahan terhadap pemerataan ekonomi Indonesia. Dari sisi deposit serta kredit perbankan, dengan adanya otda telah semakin tersebar ke beberapa wilayah lain di luar DKI Jakarta. Share konsumsi di luar Jawa juga semakin menunjukkan angka peningkatan ditunjukkan oleh konsumsi semen di luar Jawa yang semakin tinggi dan penetrasi telepon seluler di luar Jawa yang meningkat pula. Namun demikian hal tersebut masih belum dapat memberikan kontribusi yang banyak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Saat ini sektor tradable yang sedang merana (manufaktur dan pertanian pangan) terkonsentrasi di pulau Jawa dan sektor tradable yang sedang booming (pertambangan dan perkebunan) berada di luar Jawa. Penerapan otonomi daerah diharapkan mampu untuk memberikan ruang yang lebih leluasa bagi luar Jawa untuk tumbuh lebih cepat. Jika pembangunan infrastruktur dapat dipacu untuk lebih cepat di luar Jawa, maka diharapkan kawasan luar Jawa akan menjadi wilayah pusat pertumbuhan baru di Indonesia.

Namun demikian masih ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh Indonesia yang merupakan permasalahan klasik yang belum tertuntaskan. Beberapa permasalahan tersebut terbagi menjadi permasalahan ekonomi, sosial budaya, politik dan faktor eksternal. Di sisi ekonomi, perkembangan sektor riil masih belum dapat secepat pertumbuhan sektor keuangan. Di sisi politik, masih belum diperolehnya sisi kepemimpinan pemerintah dan adanya koordinasi yang masih lemah antar lembaga juga menyebabkan tidak sinkron-nya kebijakan pemerintah yang akibatnya memberikan ambiguitas di level implementasi kebijakan. Di sisi eksternal, perlambatan ekonomi AS dan kenaikan harga minyak yang dimungkinkan akan kembali terjadi di tahun 2009 akan memberikan dampak yang berarti. Tingkat pengangguran Indonesia yang semakin tinggi juga merupakan permasalahan yang krusial akibat dari pengembangan sosial yang kurang mantap. Kualitas pertumbuhan yang merosot mengakibatkan angka kemiskinan yang tetap tinggi dan angka pengangguran yang tetap tinggi. Akibatnya angka kriminalitas juga semakin tinggi dan sektor informal dan kakilima akan tetap menggelembung. Alasan yang dapat diterima dari permasalahan ini adalah karena tingkat ketimpangan ekonomi yang masih cukup tinggi antara desa dan kota, antarkelompok pendapatan, dan antarkelompok fungsional.

Demikian gambaran singkat mengenai kondisi perekonomian 2009 besar harapan kita semua semoga ekonomi Indonesia ke depan dapat menuju ke arah yang lebih jelas dan lebih baik.

Comments

Anonymous said…
beberapa komentar singkat aja bos:

quote: "... masih belum tingginya kontribusi sektor manufaktur terhadap ekonomi Indonesia ... menyebabkan sektor ini masih belum dapat dijadikan sebagai pegangan di saat krisis ..." kenapa begitu? mengingat saat krisis bukannya yg paling terpukul adalah manufaktur? secara ekspor manufaktur byk ditujukan ke AS?

soal infrastruktur sama sekali bukan hal mudah. biaya yg harus dikeluarkan amat sangat besar kalo ingin menghubungkan semua kota besar di indonesia (kalau harapannya menurunkan harga agar paling tidak sama atau tidak berbeda jauh dengan jawa). not to mention pembebasan lahan ya...

kok ngga ada bahasan mengenai kelembagaan ya? sering yg dikritik kan kelembagaan di indonesia masih lemah, sehingga duit yg begitu byk ngga bisa disalurkan dg semestinya. re-quoting someone's quote: "indonesia itu bagus dlm perencanaan (berbanggalah mas dharen/anang) , tp lemah dlm eksekusinya (kritik buat para abdi negara diluar bappenas :p)"

bahasan mengenai otda sebenarnya sangat menarik. saya melihat dengan mata sendiri bahwa di kawasan timur indonesia (KTI) pembangunan terjadi begitu cepat, bahkan terlalu cepat karena pembangunan tidak diimbangi dg kesiapan orang2nya (pemda, entrepreneur lokal, akademisi lokal, dll). too few people doing too many things.

terakhir, akan lebih baik kalo ada proyeksi di thn 2009 versi mas adi. karena statement "... saya pribadi melihat perekonomian Indonesia tahun 2009 masih belum terlalu berbeda dengan kondisi di 2008 ..." sepertinya masih sangat umum. ngga perlu spesifik by numbers tp cukup menyebutkan beberapa indikator akan naik/turun/tetap dan jgn lupa jg alasannya.

mohon maaf kalo ada yg miss, baru bangun tidur neh :)

salam,
ryan
Anonymous said…
Terkait pernyataan Bung Ryan:
"bahasan mengenai otda sebenarnya sangat menarik. saya melihat dengan mata sendiri bahwa di kawasan timur indonesia (KTI) pembangunan terjadi begitu cepat, bahkan terlalu cepat karena pembangunan tidak diimbangi dg kesiapan orang2nya (pemda, entrepreneur lokal, akademisi lokal, dll). too few people doing too many things."

Mungkin itulah sebabnya mengapa Anda ditempatkan di KTI. Only few people can handle many things so perfect.
Anonymous said…
Quote
"Di sisi lain, sektor riil juga masih belum dapat dijadikan sandaran bagi perekonomian Indonesia untuk menahan goncangan krisis karena komponen permintaan dari luar negeri telah menyebabkan sektor riil yang berbasis ekspor menjadi rentan terutama akibat dari penurunan permintaan akibat mata uang asing mereka yang jatuh."

aku mbaca kok bingung ya?
emang penurunan permintaan dari LN akibat mata uang asing yang jatuh?bukannya US$ semakin menguat terhadap rupiah?bukankah itu dampak dari penurunan daya beli karena perekonomian memang sedang lesu?
Anonymous said…
Sebenernya begini mas Anta, (semoga logika berpikirku bener)

Permintaan barang dari LN memang mengalami penurunan. Tapi aku lebih setuju kalau penurunan ini lebih disebabkan karena adanya penurunan kinerja perekonomian dunia. How? balik lagi ke masalah subprime. Akibat subprime banyak investment bank mengalami kerugian. singkat kata akan berdampak pada pengetatan likuiditas yg mereka lakukan. singkat kata lagi, penyaluran kredit menjadi semakin kering. -> produksi (bagi produsen) menjadi berkurangg karena ketatnya liuiditas (inilah knp US menurunkan paket stimulus), dan konsumsi juga semakin berkurang karena konsumsi yg dibiayai dengan utang seperti kpr etc. menjadi semakin kering juga.

KOnsumsi turun, produksi pun turun. singkat kata lagi, demi survive PHK dilakukan or mungkin penurunan gaji (di Indonesia kayanya terjadi di BRI tuh, please confirm mas bayu). Nah pertanyaannya adalah, siapa pengguna barang ekspor dari INdonesia? asumsiku adalah perusahaan yg ada di luar negerilah (let say US, China dan EU) yang lebih banyak menggunakan barang ekspor indonesia. kalau produksi di negara tersebut - akibat ketatnya likuiditas - mengalami penurunan, ini akan berdampak pada sektor riil indonesia. Sebagai referensi (kalau ada yg berminat) silakan lihat laporan keuangan beberapa emiten yg terdapat di BEI. berikut linknya:
http://202.155. 2.90/_dl. asp?cmd=dl&id=undefined&TODIR=&CURDIR=/Corporate_ Actions/New_ Info_JSX/ Jenis_Informasi/ 01_Laporan_ Keuangan/ 02_Soft_Copy_ Laporan_Keuangan /

--> Buka dengan IE aja, jangan opera dan firefox

kalau masalah mata uang asing yg mengalami penurunan relatif terhadap dollar, aku pikir itu adalah suatu dampak bukan sebagai sebab dari permasalahan ini, dan itu berlaku pula untuk di indonesia dengan rupiah. aku masih beranggapan bahwa penurunan mata uang asing relatif terhadap dollar diakibatkan penarikan dana dari seluruh negara di dunia guna menganggulangi kerugian yg disebabkan subprime. itulah kenapa dollar US mengalami apresiasi dibandingkan dengan mata uang negara lain. dan satu lagi, anomali pergerakan mata uang dan krisis ekonomi memang menjadi siklus. USD biasanya akan menguat relatif terhadap mata uang asing lainnya ketika terjadi krisis ekonomi. please cek tahun 1997-1998, 2001, 2008.

Mengutip salah satu ekonom perusahaan sekuritas asing berlabel CFA (sorry aku ga sebut nama maupun institusi karena ini diskusi yg dilakukan di perusahaan lamaku):
Kalau Obama berhasil dengan segala macam paket ekonominya, Bursa akan pulih paling cepet awal semester II 2009, itupun apabila sektor riil dapat pulih pada tahun 2010. (sedikit membingungkan ya??!! )
dan hal ini pun berlaku di Indonesia, hanya saja ada pengecualian di indonesia, karena ada pemilu 2009.

hmm nyambung ga yo?? :p sory ilmuku dah ga update jadi please comment balik ya..
Anonymous said…
Sebenernya begini mas Anta, (semoga logika berpikirku bener)

Permintaan barang dari LN memang mengalami penurunan. Tapi aku lebih setuju kalau penurunan ini lebih disebabkan karena adanya penurunan kinerja perekonomian dunia. How? balik lagi ke masalah subprime. Akibat subprime banyak investment bank mengalami kerugian. singkat kata akan berdampak pada pengetatan likuiditas yg mereka lakukan. singkat kata lagi, penyaluran kredit menjadi semakin kering. -> produksi (bagi produsen) menjadi berkurangg karena ketatnya liuiditas (inilah knp US menurunkan paket stimulus), dan konsumsi juga semakin berkurang karena konsumsi yg dibiayai dengan utang seperti kpr etc. menjadi semakin kering juga.

KOnsumsi turun, produksi pun turun. singkat kata lagi, demi survive PHK dilakukan or mungkin penurunan gaji (di Indonesia kayanya terjadi di BRI tuh, please confirm mas bayu). Nah pertanyaannya adalah, siapa pengguna barang ekspor dari INdonesia? asumsiku adalah perusahaan yg ada di luar negerilah (let say US, China dan EU) yang lebih banyak menggunakan barang ekspor indonesia. kalau produksi di negara tersebut - akibat ketatnya likuiditas - mengalami penurunan, ini akan berdampak pada sektor riil indonesia. Sebagai referensi (kalau ada yg berminat) silakan lihat laporan keuangan beberapa emiten yg terdapat di BEI. berikut linknya:
http://202.155. 2.90/_dl. asp?cmd=dl&id=undefined&TODIR=&CURDIR=/Corporate_ Actions/New_ Info_JSX/ Jenis_Informasi/ 01_Laporan_ Keuangan/ 02_Soft_Copy_ Laporan_Keuangan /

--> Buka dengan IE aja, jangan opera dan firefox

kalau masalah mata uang asing yg mengalami penurunan relatif terhadap dollar, aku pikir itu adalah suatu dampak bukan sebagai sebab dari permasalahan ini, dan itu berlaku pula untuk di indonesia dengan rupiah. aku masih beranggapan bahwa penurunan mata uang asing relatif terhadap dollar diakibatkan penarikan dana dari seluruh negara di dunia guna menganggulangi kerugian yg disebabkan subprime. itulah kenapa dollar US mengalami apresiasi dibandingkan dengan mata uang negara lain. dan satu lagi, anomali pergerakan mata uang dan krisis ekonomi memang menjadi siklus. USD biasanya akan menguat relatif terhadap mata uang asing lainnya ketika terjadi krisis ekonomi. please cek tahun 1997-1998, 2001, 2008.

Mengutip salah satu ekonom perusahaan sekuritas asing berlabel CFA (sorry aku ga sebut nama maupun institusi karena ini diskusi yg dilakukan di perusahaan lamaku):
Kalau Obama berhasil dengan segala macam paket ekonominya, Bursa akan pulih paling cepet awal semester II 2009, itupun apabila sektor riil dapat pulih pada tahun 2010. (sedikit membingungkan ya??!! )
dan hal ini pun berlaku di Indonesia, hanya saja ada pengecualian di indonesia, karena ada pemilu 2009.

hmm nyambung ga yo?? :p sory ilmuku dah ga update jadi please comment balik ya..
Anonymous said…
"indonesia itu bagus dlm perencanaan (berbanggalah mas dharen/anang) , tp lemah dlm eksekusinya (kritik buat para abdi negara diluar bappenas :p)"

==> Ojo ngono ah, bagus/jeleknya (pelaksanaan) pembangunan kita (baca: lembaga perencana) juga tetap bertanggungjawab (musti tanggung jawab/siap pasang badan)...

sudut pandang K/L teknis:
baik/buruknya perencanaan itu apa sih? toh yg tau kondisi di lapangan/riil kita2 juga...

daripada mumet, mendingan main tebak2an angka pertumbuhan tahun 2009:
syarat:
- ga boleh range (angka mutlak)
- ga boleh berbentuk angka tak berbatas (kurang dari/lebih dari)
- dalam persentase
- boleh utk angka kuartal/periode tertentu saja
- boleh utk sektor tertentu saja
- sebutkan asumsi logis / alasannya
- alasan logis tdk selalu kuantitatif
- akurasi juga dinilai (2 koma di belakang angka lah)

aku mulai dulu:
- inflasi tahun ini mgkn double digit (cek BPS) tapi itu sebenarnya karena pd thn ini ada perubahan metodologi, kalo ga salah di bln juni
- indikator konsumsi, pendidikan dan kesehatan masih so-so tdk seburuk seperti ketika terjadi krismon 10 thn lalu
- politik relatif stabil meskipun hasil pemilu wallahu alam, tapi jgn lupa ongkos politik/kampanye akan ikut menggerakkan ekonomi setidaknya sampai pertengahan tahun depan
- mungkin kondisi tidak akan seburuk yg dibayangkan (seperti amerika) namun efek penularan (contagion) udah terasa. masalahnya adalah berapa besar-kecil efek tsb (feeling saya paling besar di industri keuangan, agak besar di sektor padat karya dan relatif kecil di sektor padat teknologi)
- kalo diliat dari upaya yg udah ada (RUU JPSK dan SKB 4 Menteri revised edition) plus program2 pro-poor lain seperti PNPM dan PKH (BLT tahun 2009 hanya kelanjutan thn kemarin, tenang aja bagi para kritikus) agaknya dapat menjadi safety net bagi para korban layoff (hanya sayangnya ini bagi khusus bagi pekerja low-skill+low- educated)
- sementara kalo utk penganggur terdidik, kita tetep masih harus mengandalkan investasi (bahkan asing) maaf bagi kritikus nasionalis/anti- neoliberal, tapi kenyataannya MNC memberikan better/best offer for this problem
- saya kurang tau inisiatif BI selaku penentu suku bunga, tp naga2nya pak Boediono cukup konservatif namun konsisten utk pelan2 menurunkan suku bunga==> kabar bagus bagi investor riil, sorry utk para nasabah kakap/deposan
- asumsi sebelum ceteris paribus: moga2 ga ada bencana alam besar lagi... amin ya allah
- asumsi terakhir: ceteris paribus tentu saja.

ANGKA PREDIKSI DHARENDRA: 6,25 persen utk TA 2009 (kita musti menunggu lama utk tahu jawabannya hehehe)
Anonymous said…
@dharen:
prediksi pertumbuhan ekonomi 2009: 5.90% <-- tanpa otak-atik ekonometri wehehehe
alasan:
- perkiraan pertumbuhan 2008 yg berada di sekitar ~6.3%
- nilai ekspor yang jatuh seiring turunnya harga komoditas ekspor utama (pertambangan dan perkebunan).
- pengangguran yg meningkat di sektor manufaktur berakibat pada turunnya produksi, terutama barang2 ekspor.
- efek pemilu 2009? masih blm yakin akan banyak mendorong pertumbuhan.
- kebijakan "boros" yg diamanatkan JK sepertinya masih akan terhambat birokrasi. kalaupun ada efeknya kemungkinan hanya terbatas.

@adit:
" ... Mungkin itulah sebabnya mengapa Anda ditempatkan di KTI. Only few people can handle many things so perfect .... ". ah mosok sih, kayake dulu gara2 ditolak gawe di jkt jadinya dilempar ke makassar wehehe... :malu:

@dani:
" ... Buka dengan IE aja, jangan opera dan firefox ... ". lha yg pake non-windows gimana? wah BEI diskriminasi nih!
" ... USD biasanya akan menguat relatif terhadap mata uang asing lainnya ketika terjadi krisis ekonomi ... ". yup, dolar, emas, dan obligasi AS emang jadi safe haven waktu krisis.
" ... hmm nyambung ga yo?? ". ra nyambung. wakakaka... *juz kidding*
alhayat said…
Mungkin Indonesia 2009 tak secemerlang th 07-08, tapi insyallah tak akan lebih buruk dari 98-99

NB: ini komentar asli

Popular posts from this blog

Mutlak! Diversifikasi Pembangkit

Baru saja saya baca artikel di Media Indonesia mengenai pemberian stimulus fiskal bagi pembangkit tenaga listrik di Indonesia. Beberapa quote dari Bapak Fabby Tumiwa juga pernah saya dengar langsung dari beliaunya. Pembangunan pembangkit non-BBM akan membantu PLN mengantisipasi lonjakan harga minyak dunia yang tidak terduga. Karena ada estimasi pada 2012, harga minyak akan melonjak ke angka USD120 per barel Pernyataan Fabby tersebut cukup logis. Mengapa? Saya bersama teman-teman pernah membuat sebuah kajian mengenai ketenagalistrikan di Indonesia. Fakta yang saya temui cukup mencengangkan. Dengan kondisi harga minyak pada tahun 2008 sempat mencapai USD147 per barel, tarif listrik di Indonesia masih menggunakan TDL 2003. Karuan saja PLN rugi terus karena komposisi input bahan bakar bagi pembangkit di Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil (>75% sumber energi pembangkit listrik menggunakan minyak dan batubara). Padahal semakin mahal harga minyak dunia maka komposisi biaya ...

Lessons Learned from APEC Training Program

Few days ago, APEC in coorporation with Japan Fair Trade Commission (JFTC) and Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) helds APEC Training on Competition Policy. This event took place in Sanur Paradise Hotel & Resort, Bali and attended by representatives of several competition policy agency from Rusia, Japan, Mexico, Chile, Peru, Taiwan, Singapore, China, Vietnam, Thailand, Malaysia, and Chinese Taipei. Here are discussion pointer: there are two kind of definition regarding industrial policy which are narrow and broad definition. the narrow definition of industrial policy is policy to promote the economic interests of a particular domestic industry or firm, SOE or private, by providing protection from competition, preferential access to factors of production or to a market for its product or services. otherwise, the broad definition is all the previous policies but to include wider social or infrastructure investment to promote economic development and the welfare of a firm or indu...

LIAISON OFFICER, SALAH SATU WAJAH BI DI MATA INTERNASIONAL

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Ridwan (KPw Kaltim) masih mondar mandir di executive lounge Bandara Ngurah Rai dengan berpakaian batik lengan panjang terbaik yang dia miliki. Motifnya madura. Ridwan sengaja menyiapkannya khusus untuk kesempatan langka ini, menyambut kedatangan Gubernur Reserve Bank of India, Raghuram Rajan, di Bali untuk menghadiri pertemuan Gubernur Bank Sentral Asia Pasifik ( EMEAP Governors Meeting) pada Juli 2016 lalu. Ridwan bertugas sebagai LO yang akan ‘menempel’ Raghuram Rajan selama rangkaian acara ini. Raghu ditemani oleh Ridwan Bagi Ridwan ini adalah momen spesial. Sebelumnya Ridwan tidak mengetahui siapa Raghuram Rajan, sampai dia melihat fim Inside Job (2010). Sebuah film dokumenter tentang krisis finansial global tahun 2008 ini telah memperkenalkannya pada Raghu.   Raghu, begitulah dia disapa di forum-forum internasional, adalah sosok yang sangat disegani. Nama Raghu tersohor baik sebagai mantan ekonom utama di IMF, Profesor di Universi...