Skip to main content

Gimana 2010, Kemana 2011

Beberapa hari yang lalu tim gua ngadain diskusi sama temen2 dari Direktorat Kebijakan Moneter Bank Indonesia tentang kemana ekonomi 2011. Bang @faisalbasri juga kita undang untuk join diskusi ini. Tujuan diskusinya sih simpel aje, kita pengen tau tentang gimana proyeksi ekonomi taun 2011 ini dan kira2 sektor ekonomi mana nih yang perlu kita sorot kinerjanya, karena sedikit banyak ini bakal ngebantuin gua terutama soal kerjaan gua selama setaun kedepan.

Nah, temen2 dari BI ini bawa banyak data, terutama soal evaluasi ekonomi dan moneter tahun 2010 dari sisi evaluasi ekonomi, respon kebijakan moneter, sama inflation targeting yang mereka kerjain sehari2nya di kantor mereka. Selain itu mereka juga bikin analisis tentang prospek ekonomi dan tantangan kebijakan moneter 2011-2012 sama arah kebijakan moneter di tahun 2011.

Bang @faisalbasri nggak mo kalah ama BI punya data. Doski juga bawa data yang komprehensip buat ngegambarin kalo ekonomi Indonesia kedepan udah saatnya ‘pindah gigi lebih tinggi’ lagi buat makin ngebut ngejar ketinggalan ama negara2 lain yang udah pada kenceng2 larinya. Yang jelas paparan bang @faisalbasri ini bener2 bisa ngelengkapin data BI yang udah lumayan banyak itu dari sudut pandang doski sebagai akademisi.

Gua mulai aja deh, dari paparan temen2 BI. Pertama2 mereka evaluasi kinerja ekonomi 2010 dimana peningkatan kinerja ekonomi domestik masih lanjut didukung ama konsumsi dan investasi. Tapi inflasi di tahun 2010 tinggi juga jek, gara2 harga bahan2 makanan yang nanjak terus. Lo inget ndiri deh kalo elo2 doyan ke pasar belakangan kemaren harga cabe berapa (emang dasar ya lidah kaga bisa nyablak kali yak kalo kaga makan cabe dulu… hehehe). Di taun 2011-2012 temen2 BI berani memprediksi ekonomi kite makin menguat tuh, sementara risiko yang ngeganggu tu tekanan inflasi ama risiko aliran modal jangka pendek dari nagri. Nah si BI ini jelas mesti ngegunain semua instrumennya terutama kombinasi kebijakan moneter dan makroprudensial kayak respon suku bunga, kebijakan nilai tukar, sama kebijakan makroprudensial buat ngendaliin capital inflows dan ekses likuiditas domestik.

Kita liat kinerja ekonomi 2010 dulu deh. Ternyata peningkatan kinerja ekonomi domestik masih tetep berlanjut tuh, terbukti dengan pertumbuhan ekonomi yang nyampe 6% karena didukung ama konsumsi dan investasi yang lumayan tinggi. Apalagi kalo belanja pemerintah bisa maksimal diserap tuh. Tapi dari sisi inflasi taun 2010 agak ngelebihin dari yang udah ditargetin. Lo tau sendiri dong yang nyebabin apa. Lagi2 bahan makanan cuy! Klasik aja sih masalahnya, soal gangguan produksi ama distribusi gara2 cuaca belakangan yang lagi gejeh-gejehnya (kaga jelas maksudnye). Nah ada satu lagi nih yg bikin gua lumayan kaget. Apa coba? Kalo naiknya TDL sih elo2 udah kaga kaget lagi ya? Tapi ini ternyata kenaikan ongkos jasa pengurusan STNK bowk! Segitu ngaruhnya ya ternyata! Tapi dibalik itu semua, inflasi inti tetep terkendali kok gara2 dibantu sama penguatan Rupiah. Dari sisi Neraca Pembayaran ada surplus nih sekitar USD 30 miliar. Cadangan devisa Indonesia nanjak sampe USD 96,2 miliar yang itu ternyata tertinggi sepanjang sejarah Indonesia jek! (tepuk tangan dulu deh buat temen2 BI!). surplus neraca perdagangan masih gede. Cuman yang agak mengkhawatirkan ya portfolio investment yang masih banyak juga.

Nah selama 2010 ini, temen2 BI pake lima bauran kebijakan moneter kayak kebijakan BI rate, kebijakan flexible exchange rate, penguatan cadangan devisa, kebijakan makroprudensial buat capital inflow, ama kebijakan makroprudensial buat pengelolaan likuiditas domestik. Masing2 punya breakdown lagi nih di kebijakan2 yang lebih teknis dan pastinya dong ada tujuan yang pengen dicapai. Nah lo, gua udah bilang kan kalo BI tu punya sasaran inflasi. Ternyata di taun 2010 itu sasaran inflasi yang mereka tetapin sebesar 5% plus minus 1% tu kenyataannya meleset jadi lebih tinggi. Inflasi IHK yang ditarget 5,7% meleset jadi 6,96%. Core inflationnya sebenernya turun dari proyeksi 5,6% jadi 4,28%. Tapi ada faktor pemicu inflasi yang ternyata masih diluar kemampuan BI buat ngendaliin yaitu inflasi gara2 volatile food (bahan makanan) sebesar 17,74% meleset dari 7,9% sama administered price (yang ditetapin pemerintah) meleset jadi 5,4% dari 4,3%

Sekarang kita liat nih apa aja sih dari yang elo2 semua makan yang ngedorong inflasi pangan jadi tinggi? Ama yang inflasi dibikin pemerintah? Ternyata jawabannya tu beras ama cabe merah dan rawit (nah bener kan yang dibilang!), sama aneka bumbu dan daging sapi ama ayam ras. Beras naik 30,45% dari taun lalu, trus cabe merah 62, 96% ama cabe rawit 124,85% dari taun kemarennya. Bawang merah ama putih naik sekitar 68% ama 50% trus daging sapi ama ayam juga naik sekitar 5% ama 10%. Buat yang dibikin pemerintah (administered price) selaen tarif listrik, naeknya jasa ngurus SIM ama STNK sebesar 39% ama 75% juga udah ngedorong inflasi selain kenaikan harga rokok sebesar 6-9% (nah lo! Tuh! Buat yang pada ngerokok… hehe… )

Segini dulu deh yang dari temen2 BI, besok2 gua share hasil diskusinya sama bang @faisalbasri yee… tunggu tanggal mainnya.... off to work dulu!

Comments

Adi Nugroho said…
hehe... dasar! kalah cepet guah!

Popular posts from this blog

Blackberry Oh Blackberry

Kemarin (15/6) pihak perusahaan telepon pintar ( smartphone ) ternama yang memproduksi produk ternama Blackberry yaitu Research In Motio n (RIM) telah bertemu dengan Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk membahas mengenai nasib bisnis Blackberry di Indonesia. Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi RIM yaitu Robert E. Crow dan diterima oleh seluruh anggota BRTI kecuali Ketua. Salah satu yang menjadi isu dalam diskusi tersebut adalah maraknya produk Blackberry kloning yang beredar di masyarakat. Namun demikian tidak ada yang memungkiri bahwa perkembangan Blackberry di Indonesia setahun belakangan cukup pesat ditandai dengan kesediaan tiga operator seluler ternama seperti Indosat, Telkomsel, dan XL bersedia menjadi vendor lokal penyedia jaringan. Bahkan dalam setahun terakhir ini pertumbuhannya mencapai 500%. Saat ini pun pengguna Blackberry di Indonesia telah mencapai 400 ribu orang. Namun demikian perkembangan bisnis Blackberry di Indonesia

Outlook Ekonomi Indonesia 2010

Krisis keuangan global pada tahun 2008 sedikit banyak masih berpengaruh terhadap geliat ekonomi nasional pada tahun 2009. Tahun 2007 pertumbuhan ekonomi dunia mencapai angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 5,2%. Namun pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi dunia melambat menjadi 3%, dan bahkan pada semester ke dua tahun 2009 jatuh ke level negatif pada angka -1,1%. Namun setelah kuartal ke tiga tahun 2009, ekonomi dunia mulai menggeliat dari keterpurukan akibat krisis keuangan global. Dampak krisis global kepada perekonomian Indonesia dapat terlihat dari nilai pertumbuhan GDP pada kuartal ke empat tahun 2008 yang berkontraksi sebesar -3,65%. Pada saat itu inflasi juga cukup tinggi yang mencapai puncaknya pada bukan September 2008 sebesar 12,14%. Kondisi tersebut memaksa Bank Indonesia sebagai otoritas keuangan untuk mematok BI-Rate cukup tinggi sebesar 9,5% pada bulan November dan Desember 2008. Pada saat itu pun cadangan devisa Indonesia berkurang sebesar USD 7 miliar hingga ke tingkat U

Update Sektor Ritel 2011

Setelah off beberapa saat, update Fairconomics kali ini akan membahas tentang perkembangan dunia ritel saat ini dimana pasca putusan KPPU tahun 2009 ternyata sudah banyak perubahan. Meskipun demikian saya coba gambarkan dulu bagaimana kemajuan sektor ini. Seiring dengan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, pertumbuhan ritel modern semakin meningkat terutama sejak tahun 2005. Setelah mengalami pertumbuhan yang lamban sebesar 5% pada tahun 2009 lalu, Economist Intelligent Unit (EIU) mengukur bahwa tahun 2010 sektor ritel tumbuh sebesar 10% dan sampai dengan 2015 diprediksi sektor ritel akan tumbuh sebesar 12 – 15%. Konsumen yang selama ini terbiasa dengan adanya pasar tradisional sebagai pusat kegiatan akan segera beralih dengan adanya pusat perbelanjaan dan hypermarket yang menawarkan kenyamanan dan juga hiburan.