Skip to main content

Should We Ban 'Commodity Trading'?

Saat ini krisis yang terjadi di seluruh dunia pada umumnya diakibatkan oleh spekulasi. Para pialang di bursa seringkali mengupayakan kenaikan harga komoditas untuk memperoleh gain atas investasinya yang jika dilihat kembali nilai yang tercipta adalah bukan nilai yang sebenarnya alias overvalued. Kita dapat lihat pergerakan harga minyak dunia yang sempat menyentuh angka USD147 per barel sampai tulisan ini dibuat untuk Brent di NYMEX sudah jatuh sampai USD63 per barel.
















Kita juga melihat bahwa adanya subprime mortgage tersebut tidak didukung oleh daya beli masyarakat. Selama ini developer properti di Amerika menginginkan jualannya laku dan mereka selalu mencekoki konsumen agar beli rumah dengan harapan nilainya akan naik (ini sudah beda fungsi - bukan lagi untuk dihuni tapi untuk investasi). Sering kita lihat di acara2 di televisi yang menayangkan iklam properti di Indonesia sudah mennunjukkan gejala serupa. Pengembang jualan lewat iklan lalu mengatakan, "Belilah sekarang, harga naik minggu depan!". Menurut saya ini iklan yang kejam. Konsumen menjadi punya mindset bahwa saya punya properti untuk saya jual lagi di kemudian hari. Akibatnya secara agregat harga properti memang akan naik disamping fakta bahwa lahan semakin sempit dan pertumbuhan populasi yang meningkat serta masalah kependudukan yang tidak merata. Sama halnya juga dengan komoditas CPO. Beberapa hari yang lalu saya sempat bertemu dengan kolega saya di Dinas Perkebunan Sumatera Utara dan mereka menceritakan bahwa petani sawit menjerit karena harga Tandan Buah Segar (TBS) yang jatuh di pasaran sampai dengan Rp250/kg.

Ada yang tahu mengenai regulasi perdagangan berjangka komoditi? Kenapa saya berpikir perdagangan komoditas saat ini sudah dimanfaatkan sebagai wahana spekulasi saja. Jadi sebenarnya, perlukah commodity trading dalam hal ini tetap diperbolehkan?

Comments

ryansan said…
tetep boleh dong...

kalo ngga ntar susah buat pengusaha beli komoditi pake future, krn mereka pasti punya production plan, apalagi yg raw mat-nya harus impor.

more information disclosure! that's "free market" really means!
Dharendra said…
di negara yg udah maju (atau bubrah?)ini sama susahnya (baca: mustahil) dengan melarang perdagangan valas. semestinya valas ditujukan utk alat tukar, lha kenyataannya?
anta said…
OOT, yang dimaksud fair economy apaan?kaitannya dengan posting ini?
Adi Nugroho said…
pro: mas anta
kaitannya dengan bagaimana menciptakan prudent market mechanism melalui regulasi ...

ngga ada di dunia ini pasar yang free fight, pasti semua ingin keadilan.

memang itu agak ngawang ... yo makanya kubikin posting ini supaya aware ...
Anonymous said…
rent seeking through window dressing...... namanya jg kapitalis Bung
Said said…
Mungkin yang dimaksud larangan deferred trading ya. Semua perdagangan berjangka awalnya dimaksudkan untuk memberikan kepastian. Namun akhirnya selalu menjadi permainan spekulasi baru.

Perdebatan halal-haram transaksi berjangka di ekonomi Islam juga cukup alot. Sayang aku belum punya cukup referensi untuk di-share. Insya Alloh kalau ada kesempatan kutulis di blogku.

Popular posts from this blog

Mutlak! Diversifikasi Pembangkit

Baru saja saya baca artikel di Media Indonesia mengenai pemberian stimulus fiskal bagi pembangkit tenaga listrik di Indonesia. Beberapa quote dari Bapak Fabby Tumiwa juga pernah saya dengar langsung dari beliaunya. Pembangunan pembangkit non-BBM akan membantu PLN mengantisipasi lonjakan harga minyak dunia yang tidak terduga. Karena ada estimasi pada 2012, harga minyak akan melonjak ke angka USD120 per barel Pernyataan Fabby tersebut cukup logis. Mengapa? Saya bersama teman-teman pernah membuat sebuah kajian mengenai ketenagalistrikan di Indonesia. Fakta yang saya temui cukup mencengangkan. Dengan kondisi harga minyak pada tahun 2008 sempat mencapai USD147 per barel, tarif listrik di Indonesia masih menggunakan TDL 2003. Karuan saja PLN rugi terus karena komposisi input bahan bakar bagi pembangkit di Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil (>75% sumber energi pembangkit listrik menggunakan minyak dan batubara). Padahal semakin mahal harga minyak dunia maka komposisi biaya ...

Lessons Learned from APEC Training Program

Few days ago, APEC in coorporation with Japan Fair Trade Commission (JFTC) and Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) helds APEC Training on Competition Policy. This event took place in Sanur Paradise Hotel & Resort, Bali and attended by representatives of several competition policy agency from Rusia, Japan, Mexico, Chile, Peru, Taiwan, Singapore, China, Vietnam, Thailand, Malaysia, and Chinese Taipei. Here are discussion pointer: there are two kind of definition regarding industrial policy which are narrow and broad definition. the narrow definition of industrial policy is policy to promote the economic interests of a particular domestic industry or firm, SOE or private, by providing protection from competition, preferential access to factors of production or to a market for its product or services. otherwise, the broad definition is all the previous policies but to include wider social or infrastructure investment to promote economic development and the welfare of a firm or indu...

LIAISON OFFICER, SALAH SATU WAJAH BI DI MATA INTERNASIONAL

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Ridwan (KPw Kaltim) masih mondar mandir di executive lounge Bandara Ngurah Rai dengan berpakaian batik lengan panjang terbaik yang dia miliki. Motifnya madura. Ridwan sengaja menyiapkannya khusus untuk kesempatan langka ini, menyambut kedatangan Gubernur Reserve Bank of India, Raghuram Rajan, di Bali untuk menghadiri pertemuan Gubernur Bank Sentral Asia Pasifik ( EMEAP Governors Meeting) pada Juli 2016 lalu. Ridwan bertugas sebagai LO yang akan ‘menempel’ Raghuram Rajan selama rangkaian acara ini. Raghu ditemani oleh Ridwan Bagi Ridwan ini adalah momen spesial. Sebelumnya Ridwan tidak mengetahui siapa Raghuram Rajan, sampai dia melihat fim Inside Job (2010). Sebuah film dokumenter tentang krisis finansial global tahun 2008 ini telah memperkenalkannya pada Raghu.   Raghu, begitulah dia disapa di forum-forum internasional, adalah sosok yang sangat disegani. Nama Raghu tersohor baik sebagai mantan ekonom utama di IMF, Profesor di Universi...